Piramid atau piramida adalah konstruksi bangunan yang sudah digunakan
sejak lama oleh bangsa Mesir kuno maupun bangsa Maya, digunakan sebagai makam
raja-raja masa dahulu serta sarana ibadah (pemujaan)
Dalam sejarah kontruksi bangunan piramida digunakan sudah sejak lama.
Bangsa bangsa mesir kuno maupun bangsa Maya dikenal menggunakan bangunan
piramida sebagai makam raja-raja masa dahulu serta sarana ibadah (pemujaan)
selain ada dugaan sebagai tempat penimbunan (gudang) pangan sejak zaman ketika
persiapan menghadapi musim paceklik ataupun tempat penyimpanan harta.
Beragam analisis tentang digunakannya konstruksi piramida. Ada yang
menyebutnya sebagai bangunan warisan UFO dengan alasan terdapat bangunan mirip
piramida ditemukan di Mars yang berada satu lintang derajat yang sama dengan
lintang derajat di Bumi, ada pula yang mengatakan peninggalan peradaban
Atlantis dan sebagian lagi mengatakan bahwa konstruksi piramida digunakan
dengan alasan bahwa pada peradaban lampau, manusia mengalami kesulitan untuk
membuat konstruksi Kubah. Oleh karena itu digunakanlah konstruksi piramida
untuk mempermudah. Konstruksi kubah sendiri baru digunakan pada
masa Romawi dengan konstruksi pelengkung pada bangunan betonnya dan Romawi
Timur.
Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia
saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh
orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah
sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan
canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan
raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah
prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya
membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang
bagaimana atau apa artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua
orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak
dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000
lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan
yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.
Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang
kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima
kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam
serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman
Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara
berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno
menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar
peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para
pendahulu.
Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di
Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya,
hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut
menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya
perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut
malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida
didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja.
Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak
secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan,
pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun
memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida,
dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah
membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya
dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan
pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak
ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak
ada sedikit pun ukiran tulisan.
Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki
piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam".
Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke
piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi
biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak
sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun
yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya
dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida
raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat
berbeda.
Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di
dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal
sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu
prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat
masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku,
selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam
keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan
tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah
menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang
sebenarnya.
Teknik Bangunan yang Luar Biasa
Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran,
standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya
piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak
dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure
seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang
lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian
batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang
oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat.
Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana
menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada
rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa
mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.
Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan,
tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan
sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik
puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut
atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika
menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek
bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat
penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar
yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih
dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi
yang tepat.
Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya
"Sidik Jari Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi
harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi
satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut
ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada
dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu
pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang
memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya,
akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau
kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek
raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.
Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai
"Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang
mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam
"pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama
seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan
piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.
Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling
Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia
tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar
bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya
lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah
batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima
meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar."
Pemikiran demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan, bahwa
piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan
di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua
orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang
sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di
pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu
raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu
raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton
(setara dengan 500 buah mobil keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris
terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk
sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter.
Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu
menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya dalam
jangkauan kemampuan kita untuk membangun?
Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam
penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap
didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang
dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa
masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum
Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa
dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya
sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa
kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan:
perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil,
melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan
tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui
oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan
sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan
karat juga telah membuktikan hal ini.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus"
menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya
yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka
manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah
pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti
lalu mengakibatkan bekas erosi.
Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth
mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa
lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus
melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian.
Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan
batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang
sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno
tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang
terjadi pada Sphinx.
Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S.
juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang
dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih,
sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas
sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat
selama ribuan tahun.
Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno
tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu
raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.
Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis,
bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang
sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu
tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya
disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi
bangunan yang sempurna.
Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan
Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah
penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena
bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang
tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui
batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini
penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak
dari permukaan.
Keterangan
gambar: Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya
sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi
yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab,
karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10
ribu tahun silam.
Sumber:
http://bloggyenarie.blogspot.com/2011/05/piramida-sebuah-misteri-dari-mesir.html
0 komentar:
Posting Komentar