Selamat Datang di blog Williya Meta "Bidadari Bulan Hijau"
.

Curhat Malam, sekeping hati yang tak menentu.

Senin, 22 Agustus 2011 Label:

Beberapa hari yang lalu, tepatnya 16 Agustus 2011 pukul 10:57, sempat ku-posting di dinding FB-ku sebuah jeritan secarik hati nan terluka.

Apa maumu sebenarnya, duhai Peladang?
Setelah kau petik kuntum segar yang dipuja banyak kumbang,
lantas kau biarkan dia gersang.
 
Apa setelah kau bunuh ranum dan harumnya, kau merasa menang?

kalimat itu kubuat saat rasanya aku benar-benar sudah di penghujung masa penantian,
antara disakiti seumur hidup atau memerangi orang yang sangat kuhormati (seharusnya). Kedua pilihan itu begitu rumit bagiku. Bak makan buah simalakama, begitu orang bijak menyebutnya.
Aku benar-benar merasa disudutkan saat itu. Sungguh pun dalam jiwa nan remuk redam, ingin rasanya aku memberontak terhadak jeruji penindasan yang selama ini telah mengurung dan melemahkanku (bahkan hampir membusukkanku). Tapi (lagi-lagi) aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali diam dan menjalankan peran yang dipilihkan untukku.

Seorang sahabat mengatakan padaku, "Hidup itu adalah pilihan!" 
Sedangkan aku? Ah, bodohnya aku mau menjalani hidup yang sebenarnya bukan pilihanku. Agaknya aku sudah terbiasa dengan kata, "aku bisa apa?"  atau, "Aku tak punya pilihan lain!"

"Oh, NO!!!! Ini bukan lagi zaman penjajahan!" kata sahabatku yang lainnya.

Ya, ya, ya, mereka benar! Aku yang salah selama ini. Aku yang membuat diriku sendiri tak berdaya (lalu ujung-ujungnya menyalah-nyalahkan takdir). Aku memang pecundang! 

Pecundang!
Pecundang!
Pecundang!

Berkali-kali kuterikkan kata itu pada diriku sendiri. Sehingga, semakin sering kuucapkan, semakin tak bermakna lagi kalimat itu terdengarkan.

Ya, ini saat yang tepat! Aku harus menegaskan pilihan dalam hidupku. Ini hidupku! Aku sendiri seharusnya yang memilih, ke arah mana hendak melangkah, ke tepian mana hendak bermuara.

Tunggu saja aku, Peladang!
Kau akan menyesal melayukan pesona harumku.
Karena aku....
Aku bukan lagi pecundang yang kau kenal dulu.


1 komentar:

Saudagar Muslim mengatakan...

sudah saatnya kuntum itu tumbuh subur lagi dengan kumbang yang lebih akan menumbuhkan dan memberikan arti kepada kuntum yang pernah layu....

 
Williya Meta © 2010 | Blog Dirancang Oleh www.pandani.co.cc | web Design 07 Juni 2011